CINTA DI UJUNG SAJADAH

Front Cover
Republika Penerbit, Feb 3, 2020 - Fiction - 317 pages

Belasan tahun menjalani hidup sebagai piatu, Cinta bahkan tidak tahu wajah ibunya. Ayah dengan sempurna melenyapkan setiap jejak perempuan terkasih itu. Saat Ayah menikah dengan Mama Alia, dan membawa dua saudara tiri, Cinta semakin tersisih.

Ketika surga terenggut dari hari-hari Cinta, lelaki itu hadir. Makky Matahari Muhammad yang humoris namun santun itu, mengenalkannya pada duania lain yang memberi kebahagiaan. Hingga sebuah rahasia besar belasan tahun lalu terbongkar dan CInta harus menempuh perjalanan jauh yang memisahkannya dengan laki-laki itu.


***


Novel yang memberikan porsi pada cinta, tanpa ada kedzaliman pada hati. Hingga cinta tak kenal galau. (Hamid Zanath Zayn)


Cerita cinta api yang lebar. Nggak melulu cinta sama sang Makky, tapi juga cinta bunda dan keluarga, sahabat, dan of course kepada Allah, make me love this book. (Linbud binti Buyung)


Sungguh cerita yang menguras air mata. Tak bosan membaca novel ini berulang kali. Mengajarkan pembaca akan arti “surga di bawah telapak kaki ibu”. Menghibur sekaligus menjadi teladan bagi pembaca untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. (Ocha Thalib)


Buku persembahan Republika Penerbit


[Republika, bukurepublika, Penerbit Republika, novel remaja, novel keluarga]

 

Contents

Section 1
13
Section 2
21
Section 3
35
Section 4
47
Section 5
51
Section 6
67
Section 7
81
Section 8
89
Section 16
161
Section 17
171
Section 18
173
Section 19
181
Section 20
193
Section 21
207
Section 22
217
Section 23
231

Section 9
97
Section 10
103
Section 11
111
Section 12
123
Section 13
129
Section 14
141
Section 15
153
Section 24
251
Section 25
275
Section 26
277
Section 27
285
Section 28
301
Section 29
305

Other editions - View all

Common terms and phrases

About the author (2020)

Asma Nadia dikenal sebagai salah satu penulis best seller paling produktif di Indonesia. Sudah 56 bukunya diterbitkan dalam bentuk novel, kumpulan cerpen, dan nonfiksi, selain puluhah antologi bersama.


Berbagai penghargaan di bidang penulisan diraihnya. Derai Sunyi terpilih sebagai novel terpuji Majelis Sastra Asia Tenggara 2005. Istana Kedua (Surga yang Tak Dirindukan) terpilih sebagai novel terbaik IBF 2008. Cerpennya terpilih sebagai cerpen terbaik majalah Annida, 1994-1995. Naskah drama Preh terpilih sebagai naskah terbaik Lokakarya Perempuan Penulis Naskah Drama yang diadakan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan FIB.


Rembulan di Mata Ibu mendapat penghargaan buku remaja terbaik, 2001. Ia juga mendapat Anugerah Adikarya IKAPI sebagai pemenang Pengarang Fiksi Remaja Terbaik, 2001, 2002, dan 2005. Pada 2011, Asma Nadia dinobatkan sebagai tokoh Perbukuan Islam IKAPI.


Surga yang Tak Dirindukan (SYTD) menjadi film terlaris tahun 2015 dan meraih dua penghargaan di Festival Film Bandung 2015 serta enam penghargaan dalam Indonesia Box Office Movie Awards (IBOMA), dengan salah satu kategori Film Box Office Terlaris.


Assalamualaikum Beijing masuk dalam top 10 film terlaris 2014 dan diputar di Okinawa International Film Festival, Jepang, 2015. Umi Aminah (diadaptasi dari 17 Catatan Hati Ummi) tercatat sebagai salah satu film religius kolosal, 2012. Rumah Tanpa Jendela mengantarkan pemeran utamanya meraih penghargaan Piala Citra. Emak Ingin Naik Haji meraih lima penghargaan di Festival Film Bandung 2009 dan diputar pada festival film di International Writing Program, Iowa, Amerika.

Pada tahun 2016, tiga karyanya telah difilmkan. Pesantren Impian, Jilbab Traveler–Love Sparks in Korea, lalu menyusul Cinta Laki-laki Biasa. Tahun 2017, film Surga yang Tak Dirindukan 2 diangkat ke layar lebar, dan tayang di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Sementara novel Cinta Dua Kodi adaptasi filmnya dirilis awal tahun 2018.


Beberapa karya Tokoh Perubahan Republika 2010 ini yang diangkat dalam Film Televisi (FTV) dan diadaptasi ke dalam sinetron, yaitu Aisyah Putri–Jilbab in Love, Catatan Hati Seorang Istri (CHSI), Sakinah Bersamamu, dan Catatan Hati Seorang Istri Season 2.


Asma Nadia, bersama sang suami, Isa Alamsyah, juga membangun grup Komunitas Bisa Menulis (KBM) yang kini beranggotakan lebih dari 417.000 orang.

Bibliographic information